Tanpa ragu, Hae Sung pun mengeluarkan runtuhan tembok agar pasien selamat. Namun runtuhan itu menyempitkan ruang gerak Hae Sung sehingga tangannya sulit menggapai pasien tersebut. Tak lama suami bayi kembar dan pasien lain datang untuk menolong Hae Sung. Hae Sung meminta suami bayi kembar dan pasien lain untuk membantu mengeluarkan pasien yang terjebak di dalam gedung tersebut. Namun apalah dikata, nasib sial tetap menimpa pasien itu. Saat dia ditolong runtuhan tembok rumah sakit Hangang semakin banyak yang jatuh, dan pasien itu malah semakin terkubur.
Hae Sung ingin menolong pasien itu, namun suami bayi kembar bayi kembar melarangnya. Hae Sung,”Mari kita gali!”. Suami bayi kembar,”Anda mau menggali runtuhan dengan tangan kosong ?”. Hae Sung histeris ingin membantu pasien itu keluar dari runtuhan rumah sakit Hangang. Suami bayi kembar merasa hal itu mustahil. Hae Sung bersikeras untuk tetap menolong pasien itu, Hae Sung,”Dibawah sini ada orang..”. Suami bayi kembar meminta Hae Sung untuk sadarkan diri. Pasalnya Hae Sung sudah lebih memperhatikan pasien yang belum diketahui nyawanya, dibandingkan pasien yang sudah terselamatkan menunggu Hae Sung. Ddol Mi serta Ji Na pun pergi ke lokasi rumah sakit Hangang. Suami bayi kembar,”Apa yang akan terjadi jika Seon Mi dan anak kembarku meninggal ?”. Ji Na juga memohon agar Hae Sung memikirkan pasien Seon Mi karena kondisinya semakin memburuk.
Hae Sung tak mendengarkan keduanya dan terus merengek untuk dibantu membebaskan pasien yang tertimbun. Ddol Mi langsung marah ke Hae Sung. Ddol Mi meminta Hae Sung untuk memikirkan nasib pasien lain serta bayi kembar. Ddol Mi,”Kita selamatkan dengan susah payah. Kau sekarang berniat membunuh mereka ?”. Ddol Mi mengungkit perkataan Hae Syung dulu bahwa mereka harus memproritaskan pasien berdasarkan cidera mereka. Suami bayi kembar juga kembali memohon Hae Sung sadar, dan segera membawa pasiennya agar bayi Seon Mi dapat melihat ibunya. Akhirnya Hae Sung tersadar, dan dia meninggalkan rumah sakit Hangang. Sementara itu, di rumah sakit lain sudah banyak pasien UGD yang berdatangan. Kapten Choi bersama anggota tim pemadam kebakaran berusaha untuk memadamkan api dengan ember serta jeregen yang mereka pikul. Karena perjalan yang sangat jauh saat membawa air, salah satu anggota tim menjadi begitu kelelahan.
Namun anggota tim lain membantunya. Karena melihat semangat juang yang sangat tinggi, anggota tim itu kembali bersemangat membawa embernya. Tak lama seorang warga meminta bantuan dari kapten Choi karena cucunya terjebak dalam sebuah runtuhan gedung. Nenek korban,”Tolong selamatkan dia..”. Tim pemadam kebakaran berusaha untuk menyelematkan korban, namun mereka dipersulit karena lantai gedung yang sudah runtuh. Akhirnya tim pemadam kebarakan berusaha menyelamatkan dengan jalan melewati jendela gedung. Akhirnya anggota tim pemadam kebakaran berhasil menemukan cucu dari nenek tersebut, yang ternyata hanyalah seekor anjing peliharaan. Si nenek itu sudah mengangap anjing sebagai anak dan cucu baginya.
Kapten Chio heran melihat korban yang diselamatkan yang ternyata hanyalah seekor anjing. Kapten Choi pun tertawa karena mereka menyelamatkan hanya seekor anjing. Tim pemadam kebakaran Kapten Choi pun tehibur dengan hal ini. Saat beristirahat, kapten Choi mendapat telepon bahwa rumah sakit Hangang Mirai sudah runtuh. Woo Sung adik Hae Sung kaget mendengar hal tersebut. Hae Sung pun kembali bergabung dengan kumpulan pasiennya yang mencari bala bantuan dari rumah sakit yang memiliki peralatan lebih lengkap.
Akhirnya Hae Sung serta pasiennya tiba di pelabuhan Hangang. Semua pasien serta tim medis Hae Sung masuk ke sebuah kapal. Setelah semua pasien masuk ke kapal. Suami bayi kembar (suami Seon Mi) memeriksa kemudi kapal tersebut. Suami Seon Mi pun menyalakan mesin kapal, namun sejenak mati kembali. Suami Seon Mi sempat menyerah, namun Hae Sung langsung memegang tangan suami Seon Mi, dan keduanya kembali menyalakan mesin kapal tersebut. Karena hati yang tulus pasien bisa selamat, mesin kapal itu berhasil menyala. Kapalnya pun bergerak, dan pasien nampak bahagia. Seon Mi pun memandang bayi kembarnya, sembari berkata,”nak, sudah waktunya untuk berangkat. Semangat”. Suami Seon Mi pun membawa kapal tersebut, namun Hae Sung ragu bahan bakarnya tidak akan cukup sampai ke tujuan.
Suami Seon Mi melihat penanda bahan bakar hanya tersisa satu garis. Suami Seon Mi tidak tahu pasti sampai seberapa jauh mereka bisa menggunakan bahan bakar yang tersisa itu. Suami Seon Mi,”Aku bukan seorang pelaut..”. Hae Sung ragu mereka mungkin akan berhenti di tengah laut. Hae Sung meminta agar tetap melanjutkan perjalanan. Hae Sun keluar dari dek kapal dan memandang sungai Hangang. Ddol Mi sendiri mengecek beberapa pasien. Saat mengecek pasien itu, Ddol Mi melihat minuman kaleng dan memberikannya ke Seon Mi. Seon Mi berujar minuman itu bermanfaat baginya pasca persalinan. Seon Mi pun mengucapkan terima kasih ke dokter Ddol Mi. Ddol Mi meminta Seon Mi tak usah sungkan, pasalnya dia merasa sangat bahagia ketika melihat kelahiran anak kembar Seon Mi. Ddol Mi pun mencari Hae Sung, dan memberikannnya minuman kaleng.
Saat Ddol Mi memberikan minuman kaleng tersebut, Hae Sung malah tak menanggapi apapun karena Hae Sung fokus pandangannya kedepan. Ddol Mi juga kaget dengan apa yang dilihatnya. Keduanya harus melihat jembatan di sungai Hangang terbelah, dan pastinya ada banyak korban yang meninggal. Ddol Mi menangis dan Hae Sung mendekapnya. Sebuah helikopter pun dikerahkan untuk melihat kondisi dari kota Seoul. Presiden yang melihat kota Seoul terkaget melihat ibukota negara Korea Selatan itu malah luluh lantah diterjang gempah yang sangat hebat. Presiden,”Kenapa biasa ada kejadian seperti ini ?”. Presiden pun hendak menghubungi anggota parlemen Ja Hyuk. Sementara Ja Hyuk harus melihat gedung pemerintahan Seoul serta gedung lainnya sudah hancur akibat gempa. Ja Hyuk tak membayangkan semuanya menimpa kota Seoul.
Hae Sung pun memeriksa bayi kembar Seon Mi dan berharap kedua bayi itu bisa bertahan hidup. Sementara itu, di rumah sakit pusat Mirae sudah banyak pasien UGD yang berusaha untuk masuk agar dirawat. Dokter Yoo heran dengan semua pasien yang menunggu di depan Mirae hingga larut malam. Tak lama suami pasien yang berhasil masuk meminta dr Yoo memeriksa istrinya. Karena pasien hendak bersalin, dr Yoo menolak menangani pasien tersebut. Dr Yoo meminta suami pasien untuk mencari rumah sakit yang memiliki bagian Obgyn (ahli kebidanan). Namun suami pasien marah karena dia melihat foto Prof Woo Jin yang terpampang, dan menjelaskan bagaimana Prof Woo Jin berhasil melakukan bedah Laparoskopi Robotik dengan 3000 kasus, serta penganan MRI.
Suami pasien merasa Mirae termasuh rumah sakit dengan peralatan tercanggih. Suami pasien,”Masa tidak sanggung menerima persalinan ? masuk akal tidak ini ?”. Dr Yoo membela,”Itu karena kami adalah rumah sakit spesialisasi dalam kanker tulang belakang..”. Tak lama pasien merasa perutnya sakit, dan dia merasa bayinya akan keluar. Karena kontraksi pasien tersebut, dokter Yoo malah menghindar dari pasien. Namun suami pasien tetap marah, dan memaksa dr Yoo menangani istrinya, karena mereka sudah tak bisa mencari rumah sakit lain. Namun dr Yoo tetap tak memeriksa pasien, karena dr Yoo mengaku tak pernah melakukan persalinan. Suami pasien,”Kau sebut dirimu dokter ?”. Karena emosi, suami pasien langsung melemparkan tinjunya ke muka dr Yoo. Dr. Yoo terhempas jatuh, dan dia ingin berkelahi dengan suami pasien. Namun para perawat rumah sakit merelai keduanya.
Sebaliknya Prof Woo Jin memeriksa pasien lainnya dengan bantuan peralatan medis yang canggih. Prof Woo Jin,”Efusi pleuranya juga tidak banyak, kan ?”. Dokter koas An Dae Gil, Stabil. Limpanya juga bagus. Jantungnya juga”. Kemudian dokter koas Dae Gil hendak mengambil laporan pasien, namun dia malah merusak laporan tersebut. Hal itu menyebabkan perawat marah, sehingga dokter koas Dae Gil malah harus membawa selimut dan bantal yang semestinya bukanlah pekerjaannya. Dokter koas Dae Gil menjadi emosi dengan perilaku perawat itu. Tak lama dr So Yool datang dan berbicang dengan Dae Gil. Dr. So Yool,”Bidang kejiwaan memang tidak banyak yang bisa dikerjakan. Sekalipun aku berada disini”. Dae Gil,”Kenapa anda tidak pulang saja. Masa tidak kuatir kondisi keoluargamu ?”. Lalu So Yool pun berujar dia tak bisa jalan kaki ke Amsa-dong. Setelah keluar dari kapal, segenap pasien Hae Sung pun harus berjalan kaki di kala malam hari, agar mereka dapat menekukan rumah sakit lain.
Ddol Mi membatu Hae Sung mendorong ibunya. Ddol Mi,”Hangang yang dipenuhi oleh kembang api dan dipenuhi kelopak bunga..”. Hae Sung,”Lupakanlah Hangang yang sekarang..”. Ddol Mi ragu semua pasien dapat mencapai RS Hanseo dengan hanya berjalan kaki. Namun Hae Sung tak ingin ke Hanseo karena terlalu jauh, sehingga Hae Sung ingin mengarahkan pasiennya ke rumah sakit Mirae. Namun Ddol Mi melihat di Mirae tak ada fasilitas inkubator. Hae Sung memiliki pertimbangan ke Mirae karena disana memiliki peralatan medis lengkap, dan juga memiliki generator sehingga mendapat asuapan listrik cadangan. Ddol Mi,”Tapi peralatan RS Hanseo yang terbaik se-nasional..”. Hae Sung,”dengan keadaan sekarang ini, kita hanya bisa ke rumah sakit yang terdekat..”.
Tiba2 Ji Na memanggil Hae Sung karena Seon Mi (ibu bayi kembar) nampak semakin memburuk. Setelah memeriksa Seon Mi, Hae Sung berkesimpulan,”Sepertinya syok Hypovolemic (Syok Hypovolemic – syok yang diakibatkan penurunan volume darah secara mendadak..). Hae Sung memita Perawat Kim menambahkan infus ke Seon Mi. Namun kondisi semakin sulit karena perawat Kim mengatakan infus buat Seon Mi sudah habis. Hal itu membuat Hae Sung menjadi sangat stress karena perlengkapan medis semuanya sudah habis. Hae Sung berteriak dan marah karena dia sudah tak tahu apa yang harus dilakukannya. Ddol Mi dan Ji Na sedih melihat kondisi yang terjadi. Hae Sung,”Aku harus bagaimana? Mau aku bagaimana ? Begitu ingin kah Kau melihat orang2 ini mati di tengah jalan ?’.
Nampaknya Hae Sung hendak menyalahkan sang pencipta atas apa yang terjadi ke pasiennya. Kemudian Hae Sung merebahkan diri disamping ibunya. Tak lama perawat Kim mendekat Hae Sung, perawat Kim,”Dokter Lee, kau pernah berkata karena rasa percayamu padaku. Kau bersedia ditempatkan di RS Hangang Mirae, bukan ? Aku juga begitu. Hanya percaya pada dokter seorang karena itulah aku bersedia memukul beban ini”. Perawat Kim meminta Hae Sung untuk tak menyerah atas keadaan itu, karena semua pasien Hae Sung percaya kepadanya. Setelah 10:59:58 pasca gempa, segenap lembaga pemerintah Korea berkumpul membicarakan langkah2 untuk menanggulangi bencana gempa Seoul.
Anggota Departemen,”Secara hukum sebuah gedung itu harus mampu menahan gocangan gempa dengan skala 4.0. Tapi gempa kali ini berskal 6,5. Bagi departemen dalam negeri, hal ini duluar antisipasi kami”. Akhirnya Presiden marah karena setiap departemen saling menyalahkan. Kemudian presiden menyerahkan penanganan bencana gempa Seoul tersebut diberikan kepada anggota deawan Ja Hyuk. Kemudian Ja Hyuk menjelaskan langkah pertama untuk menanggulangi bencana dahsyat ini. Saat berada di depan rumah sakit Mirae, Hae Sung serta pasien lain harus melihat banyak pasien yang terlantar diluar gedung.
Saat kepala tim keamanan melihat gerombolan pasien Hae Sung, kepala tim itu merasa ada masalah baru yang akan datang. Kepala tim keamanan mengatakan rumah sakit Mirae sudah tak bisa menerima pasien lagi. Namun Hae Sung mengatakan bahwa pasiennya sudah berada dalam keadaan yang sangat gawat. Kepala keamanan,”Silahkan melalui unit UGD. Ini adalah kebijakan rumah sakit…”. Semua tim medis di rumah sakit Mirae diliburkan.
Saat Presiden Park Gun mendengar Hae Sung datang, Presiden Park Gun hanya mengijinkan pasien pak menteri yang masuk ke Mirae. Presiden Park Gun,”Setelah menerima pasien tersebut, segera segel pintu rumah sakit..”. Kemudian Hae Sung berjumpa dengan Presiden Park Gun, Hae Sung marah karena Presiden Park Gun memilah pasien yang akan masuk ke Mirae. Presiden Park Gun hanya ingin merawat pasien Pak Menteri. Tak lama Dokter Kang datang, dan dia meminta rumah sakit Mirae untuk tetap dibuka buat pasien, karena gempa yang sangat hebat melanda Seoul.
0 comments:
Post a Comment